Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Soroti Nutrisi dan Sanitasi Anak Usia Dini Pada Masa Adaptasi Baru, PIAUD Undang Ibu Walikota Banjarmasin

Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Antasari menggelar acara Webinar yang membahas tentang “Nutrisi dan Sanitasi Pada Anak Usia Dini dalam Menghadapi Adaptasi Baru” di aplikasi Zoom Meeting, Senin (04/10) pagi. 


Acara ini menghadirkan istri dari Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, yakni Dr. dr. Hj. Siti Wasilah, M.Si., Med sebagai narasumbernya. 


Selain itu, acara yang digelar sebagai salah satu program dari PIAUD UIN Antasari Banjarmasin mengabdi ini turut dihadiri oleh Nida Mufidah selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama. 


Nida Mufidah dalam sambutannya, menyampaikan bahwa anak-anak merupakan kelompok yang rentan, maka kebutuhan gizi dan airnya harus benar-benar terpenuhi.

“Dan khusus kepada kelompok anak-anak yang paling rentan, gizi dan air yang layak konsumsi perlu sekali. Sehingga hak-hak anak semuanya akan terpenuhi,” ucapnya. 


Selaras dengan hal tersebut, Siti Wasilah juga mendukung adanya sanitasi lingkungan yang lebih baik di masa pandemi dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), ia mengatakan bahwa hal itu perlu dilakukan demi untuk menjaga diri dan keluarga.

“Tentu saja kaitannya dengan kondisi saat ini dan kita semuanya harus menjaga diri dan keluarga kita, bahkan ini adalah program khusus pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” katanya.


Ia juga menyoroti persoalan nutrisi dengan standar emas dari makanan bayi yang harus diperhatikan dan mencakup empat hal.  

“Jadi standar emas dari makanan bayi itu mencakup empat hal, diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan rawat gabung, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif usia 0-6 bulan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan, dan ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih,” ucapnya. 


Berdasarkan pemaparannya, Siti Wasilah menilai usia emas seorang anak adalah seribu hari pertama kehidupan, sehingga membutuhkan kecukupan gizi. Namun, ia juga menegaskan kepada ayah, ibu, maupun keluarga si anak untuk memahami bahwa usia seribu hari pertama kehidupan itu terhitung sejak dalam kandungan.

“Jadi kalau ada permasalahan dalam pemenuhan gizi di seribu hari pertama kehidupan ini, bukan hanya setelah lahir, tetapi sejak dalam kandungan selama 9 bulan, kemudian selama usia bayi sampai dengan usia 2 tahun. Karena kalau ketidakcukupan gizi itu menyebabkan pembentukan jaringan otak tidak tumbuh maksimal, dan tidak akan bisa ditutupi lagi di usia selanjutnya,” jelasnya. 


Ibu Walikota ini juga mengatakan bahwa kampanye mengenai ASI harus terus dilakukan terutama di masa pandemi seperti ini, karena ASI adalah sumber perlindungan dan gizi terbaik bagi anak.

"Jika ibu terkonfirmasi Covid-19, proses menyusui tetap bisa dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Maksudnya di air susunya tidak ada (virus Covid-19), tapi si ibu tetap harus memakai masker, mencuci tangan sebelum menyusui,” tambahnya. 


Sebagai penutup, ia mengingatkan bahwa kunci hidup sehat itu adalah disiplin.

“Sehat itu bisa mahal, oleh karena itu jika kita ingin berhemat jalani saja disiplin hidup yang sehat,” tutupnya. 


Terakhir, Ketua Pelaksana kegiatan sekaligus Ketua Jurusan (Kajur) PIAUD, Ikta Yarliani menyampaikan tujuan mengapa tema tersebut diangkat karena sanitasi di salah satu sekolah dapat dikatakan sangat jauh dari kata baik.

"Oleh karena itu, kami melakukan Webinar bersama Ibu Walikota dengan harapan ada tindak lanjut dari pihak yang berwenang untuk mengatasi hal tersebut,” ungkapnya pada Selasa (05/10) sore.


Rep: Hfz

Editor: Lanjit

Posting Komentar untuk "Soroti Nutrisi dan Sanitasi Anak Usia Dini Pada Masa Adaptasi Baru, PIAUD Undang Ibu Walikota Banjarmasin"