Mahasiswa Paket Komplet
45
santri dari Pondok Pesantren Darul Ilmi yang terletak di Jl. A.Yani Km.19.200 Landasan Ulin
Barat Kec. Lianganggang. sejak tahun ajaran 2017/2018 resmi memiliki status
mahasiswa di kampus UIN Antasari. Pada semester ganjil tahun ini, 45 santri
tersebut tergabung dalam satu lokal yang ada di Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Untuk memastikan kebenaran ini tim
Sukma pun bertandang ke Pondok Pesantren Darul Ilmi pada Sabtu (20/09) di ruang
aula pembelajaran. Siang itu dua reporter Sukma langsung bertemu dengan
Muhammad Fendy penanggung jawab santri wati yang di UIN ANtasari. Pada
pertemuan siang itu, ia menjelaskan bahwa memang benar jika terjadi hubungan
kerjasama antara Pondok Pesantren Darul Ilmi dengan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Ini merupakan tahun pertama dalam program kerjasama jika kedepannya
peminat bertambah untuk masuk ke UIN Antasari maka tidak menutup kemungkinan
akan ditambah.
Muhammad Efendy juga
membenarkan jika para santri yang berkuliah diberi keringan yakni pemadatan
waktu kuliah yang berlangsung hanya dua hari. Namun, untuk segala tekhnis
seperti sistem registrasi masuk kuliah dan UKT (Uang Kuliah Tunggal) sama seperti mahasiswa pada umumnya.
Sebelumnya, Pondok Pesantren
Darul Ilmi juga telah menjalin hubungan kerjasama dengan Kampus hijau ini,
terhitung sejak tahun 2012 lalu ketika status kampus masih menjadi Institut.
Pola kerjasama yang telah terjalin antara Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
dengan Darul Ilmi berupa magang, yakni penempatan mahasiswa jurusan hukum di
pondok tersebut selama satu semester yang hidup layaknya seorang santri untuk
belajar membaca kitab kuning.
Namun
kerjasama kali ini berbeda dengan yang telah terjalin. Para santri yang telah
dinyatakan lulus dari Madrasah Aliyah di pondok itu, tapi belum
merampungkan pendidikan pondok,
diberikan kemudahan untuk bisa melanjutkan sekolah umum, perguruan tinggi.
“Disemester awal ini Darul ilmi
meminta Tarbiyah mengkuliahkan calon mahasiswa yang merupakan alumnus ataupun
masih berstatus santri Darul Ilmi namun lulusan Aliyah serta mengambil Prodi
PAI, dengan catatan tetap disebut sebagai mahasiswa regular.” Terang Yahya Moff, Wakil Dekan Fakultas
Tarbiyah Bidang Akademik kepada Tim Berantas saat ditemui diruangannya, Jum’at
(29/09).
Sejalan dengan pernyataan tersebut,
mahasiswa dari Darul Ilmi tetap melakukan prosedur layaknya mahasiswa lainnya.
Mulai dari proses pendaftaran melalui jalur pada umumnya, bagi yang berprestasi
tanpa tes dan sebaliknya yang tidak maka melalui tes. Hingga dinyatakan lulus
dan melakukan pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) sesuai kapasitas kemampuan
mereka masing-masing, jadi tidak ada bedanya dengan mahasiswa yang lain.
Dalam praktik kerjasama ini, ada
spesifikasi untuk 45 mahasiswa tersebut, mereka tempatkan dalam lokal H 2017 di PAI.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Syaifuddin Sabda mengizinakn bagi Mereka
kuliah secara intensif selama dua hari full di kampus, pada hari Kamis dan
Jum’at. Sedangkan sisa perkuliahan lainya mereka selesaikan di lokasi pondok,
pada hari Sabtu dengan dosen dari pengajar Darul Ilmi yang memenuhi syarat
untuk mata kuliah tertentu.
Lebih jauh Yahya Moff menjelaskan,
bahwa kerjasama ini merupakan upaya dari Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan agar anggaran
belanjanya lebih murah. Dibandingkan dengan menitipkan 20 orang dari seluruh
populasi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dalam 4 bulan ke Darul Ilmi.
Sehingga hampir tidak terlalu bermakna dan memerlukan anggaran belanja sesuai
dengan pengalaman Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam dalam mendanai mahasiswa yang dititipkannya.
Disisi lain, menurut Yahya Moff, keuntungan
yang didapat dari kerjasama ini yaitu FTK mendapat kualitas mahasiswa misalnya
seperti mahasiswa tahfidz yang setelah
lulus menjadi produk FTK yang berkualitas. Harapan kedepannya dapat lebih
memperkuat produk FTK dari Jurusan PAI.
Mengenai pola pembelajaran yang
dibawahi oleh PPB (Pusat Pengembangan Bahasa) pihak Fakultas sedang menjalin
kerjasam untuk mengkondisikan mahasiswa dari Pondok Darul Ilmi. Agar aturan
main PPB tidak terganggu dan aturan Pondok Darul Ilmi juga tidak dikorbankan.
“Nuansa pondoknya tidak boleh hilang, mereka tetap sebagai orang santri tapi
juga mahasiswa.” Ujar Yahya Moff.
Sebelum menerapkan kerjasama ini
terlebih dahulu diadakan rapat dengan dosen-dosen.Sehingga para dosen yang
ditunjuk sebagai pengajar di PAI lokal H 2017 sudah mengetahui lebih dulu.
Banyak mahasiswa reguler yang tidak mengetahui kerjasama ini, seperti saat
pengisian KRS Online ada yang memilih lokal H sehingga bergabung dengan lokal
Darul Ilmi. “Sebaiknya menghubungi ke jurusan bukan diam saja dan malah tidak
mengikuti perkuliahan. Sedang dosen yang tidak tahu tentang kerjasama tersebut
tidak lain karena kesalahan komunikasi dan tertukarnya jadwal dengan Kiyai
Pondok Darul Ilmi yang memang difokuskan untuk PAI lokal H 2017” saran Yahya
Moff.
Sejauh ini, pihak pondok pesantren
terlihat serius dalam me-managamen santri-santrinya yang berkuliah. Terbukti
dengan adanya fasilitas berupa bus, sebagai sarana transportasi mereka. Juga, fasilitas berupa seperangkat komputer
untuk mempermudah pengerjaan tugas.
Masriah dan Waladun selaku mahasiswa
PAI lokal H 2017 yang merupakan Alumnus
Darul Ilmi menyatakan tidak keberatan dengan adanya sistem kerjasama ini.
“Kerjasama ini merupakan bentuk pengabdian kami, kami juga tidak masalah karena
dengan kerjasama ini kami mendapatkan kebebasan meskipun tetap ada batasannya.
Sebab meskipun kami masih dibatasi dengan status santri di Pondok Pesantren
Darul Ilmi, kami masih dibebaskan untuk melanjutkan ke UIN Antasari dan diberi
waktu tertentu apabila ingin ijin mengerjakan tugas kampus. Sehingga antara
kampus dan pondok masih seimbang” tutupnya.
(Tim
Berantas)
Foto: Google
Posting Komentar untuk "Mahasiswa Paket Komplet"