Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nurul Azizah: "Saya Melihat Raut Kekecewaan Dari Dekan"


Panitia Pemilu Mahasiswa Fakultas (PPMF) adakan Pelantikan organisasi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUH) di Aula Asywadie Syukur. Kamis, (21/03) pagi.
Acara yang dimulai pukul 09.00 wita ini, merupakan momentum pembaitan dan serah terimajabatan oleh pengurus terdahulu kepada pengurus baru Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di lingkungan FUH.

Sumpah pembaiatan dipandu langsung oleh wakil dekan III bidang kemahasiswaan dan kerjasama, Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag dengan menggunakan kitab Al-Quran dan disaksikan oleh Dr. Irfan Noor, M. Hum selaku Dekan FUH.
Terkait organisasi mahasiswa yang diemban oleh pengurus baru, Irfan dalam sambutannya, sampaikan bahwa aktivis kampus selayaknya menjadi teladan bagi mahasiswa lain sesuai visi Unggul dan berakhlak, karena kampus merupakan miniatur dari sebuah peradaban. “Mahasiswa aktivis tolong jangan hanya memperlihatkan kedisiplinan waktu kepada mahasiswa baru saat PBAK saja tapi juga harus memperaktekkannya sendiri, jangan sampai masuk kuliahnya malah sering telat”. 

Selanjutnya Dekan FUH itu menambahkan, ia berharap agar mahasiswa aktivis harus menjaga nama baik almameter, terlebih UIN sebagai kampus yang menyandang kata Islam. “Identitas sebagai mahasiswa UIN itu harus dipahami, jangan sampai keislaman itu dihilangkan dalam diri. Silahkan beraktivitas dalam dunia organisasi tapi sholat itu jangan sampai ditinggalkan apalagi kalau sudah adzan maghrib, ya ditinggalkan dululah aktivitasnya." Masih dalam hal etika, Irfan juga ungkapkan “Bahkan ada saja mahasiswa yang ketika ditegur satpam ketika masih berakivitas di kampus lebih dari jam sepuluh malam, malah membandel" Pungkasnya.

Bersinggungan dengan akitivitas akademik, Dzikri dalam sambutannya menghimbau aktivis kampus agar tidak memiliki organisasi terlalu banyak. Hal ini terkait pembagian waktu antara kuliah dan organisasi yang ditakutkan kurang maksimal. “Kalo bisa organisasi itu jangan terlalu banyak mencabang sana-sini,  bagus kalau bisa membagi waktu takutnya kan makalahnya malah copy paste terus, kalau bisa kegiatan organisasi itu diarahkan kepada hal yang menunjang akademik.”
Dzikri juga menekankan agar mahasiswa jangan hanya numpang nama, tapi harus mampu berkonstribusi.  “Aktivis itu bukan orang yang banyak organisasi, tetapi orang yang benar-benar aktivis adalah dia yang bertanggungjawab terhadap organisasi yang dia geluti.” 

Sehubungan dengan pernyataan oleh irfan dan dzikri, beberapa mahasiswa aktivis FUH pun turut memberikan tanggapan. Seperti Muhammad Rafi’i, ketua umum DEMA FUH yang menanggapi bahwa menjaga nama baik kampus merupakan keharusan, Namun mengenai aktivitas organisasi yang hingga malam hari memang kadang juga diperlukan ketika mendesak. “Dalam kondisi tertentu seperti mempersiapkan sebuah acara, rapat hingga larut malam itu tidak bisa dihindari. Tapi ya juga tidak setiap hari.” Namun, Rafi’i sadar bahwa hal tersebut adalah wanti-wanti agar aktivis FUH dapat lebih menjaga etika dalam berorganisasi.

Lain lagi dengan Ali Nafiah, Ketua HMJ Psikologi Islam yang menganggapi perilaku yang kurang etis tersebut hanya dilakukan oleh oknum mahasiswa saja dan tidak bisa digeneralkan terhadap semua aktivis, “Dunia aktivis tidak sesempit itu" ujarnya. Ia jua menambahkan kesalahan tersebut adalah bahan evaluasi untuk aktivis yang lain.
Pun Achmad Jaini, Ketua HMJ studi agama-agama akui sangat setuju terkait etika mahasiswa yang harus ditaati. Terlepas dari hal tersebut jaini ungkapkan, “Saya kurang setuju jika kegiatan mahasiswa itu diarahkan pada akademis saja karena peran mahasiswa itu adalah agen perubahan, kontrol sosial, mempertahankan nilai dan generasi penerus.” 

Menyangkut pekanggaran etika mahasiswa oleh mahasiswa aktivis, Nurul Azizah, ketua umum HMJ Ilmu Al-Quran dan Tafsir berpendepat kalau kita berkaca pada jenis mahasiswa, yang bukan aktivis pun pasti ada juga yang melakukan pelanggaran. Hanya saja tidak disadari karena pelanggar dirasa kurang di kenal. 
"Saya melihat raut wajah kekecewaan dari pak Dekan, itu artinya beliau sangat sayang pada mahasiswa kativis dan beliau paham betul bahwa dampak dari pelanggaran tak hanya di rasa bagi yang melanggar tapi juga bagi orang sekitar.” ujar Azizah lagi.

Posting Komentar untuk "Nurul Azizah: "Saya Melihat Raut Kekecewaan Dari Dekan""