Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Harmoni Yang Hampir Tenggelam


Sumber foto : Google.com

Sore itu ketika matahari hampir tenggelam di kota yang bernama USU. Beberapa orang bertanya, apa arti nama dari Kota Usu tersebut?? Sementara orang-orang melupakan betapa indahnya bersantai sambil menatap matahari yang bulat itu hampir tenggelam. Betapa orang-orang melupakan bahwa ada seorang gadis yang sedih hatinya karena berfikir matahari telah meninggalkannya, dan gelap pun menyelimuti hatinya yang kesepian. Sungguh sepi. Seorang diri terkurung dalam fikiran yang menganggap matahari sore itu telah pergi. Walaupun dia bangun keesokan harinya dan melihat ada matahari yang muncul dari balik cakrawala, tetapi dia meyakini bahwa ini adalah matahari yang lain. Bukan matahari yang kemarin. Sungguh malang. Dia terkurung dalam fikirannya. Seorang diri. Hanya sendiri. Meskipun mungkin saja, dia memang benar bahwa matahari kemarin telah pergi, dan muncul matahari yang baru setiap harinya.

Akan tetapi orang-orang tidak peduli pada gadis yang bersedih, yang menganggap matahari hari itu telah pergi. Orang-orang hanya terus bertanya dan mendesak terkait arti nama dari Kota Usu tersebut. Padahal di sisi kota, siapapun akan tercengang-kagum melihat anak-anak kecil berlarian di bawah pohon nyiur, di pesisir pantai, tanpa rasa takut bermain petak umpet lalu satu di antara mereka akan menutup mata, sementara yang lain akan sembunyi. Mereka akan tertawa saat yang satu menemukan yang lainnya. Sesederhana itu berbahagia dan tertawa.

Di sisi lainnya, dua orang perempuan muda merajut dua jenis pakaian yang berbeda.  Membuat pakaian yang menutup setengah badan, yang satu menutup seluruh tubuh. Mereka saling bertukar cara merajut pakaian yang baik agar terlihat rapi dan nyaman dipakai. Ketika matahari sudah terik dan angin berhembus sepoi-sepoi, dua perempuan itu memakai baju rajutan mereka. Dan melirik satu sama lain lalu saling tersenyum. Sebegitu saja. Tidak ada yang bertanya, mengapa pakaian kita berbeda. Mengapa kau harus membuat pakaian yang menutup seluruh tubuh atau yang hanya menutup setengah badan. Mereka hanya saling tersenyum dan berbagi cara merajut pakaian agar terlihat rapi dan nyaman dipakai. Sungguh sejuk sekali hari itu.

Dan orang-orang tadi masih saja meributkan arti nama dari Kota Usu itu. Tidak peduli apa yang bisa mereka pandang dan mereka nikmati dari Kota Usu tersebut. Bagi orang-orang itu, arti nama dari Kota Usu jauh lebih penting dari apapun yang ada di Kota Usu tersebut.

Angin berhembus sepoi-sepoi. Segala sesuatu seperti angin, pohon, gadis yang bersedih, matahari yang terus berganti setiap hari, anak-anak yang bermain, dan dua perempuan yang merajut pakaian itu selalu menemani Kota Usu yang arti namanya terus dicari definisi atau maknanya. Orang-orang itu menganggap bahwa arti nama haruslah baik. Kalaupun nanti diketahui arti nama dari Kota Usu itu tidak baik, maka harus diubah menjadi baik. Orang-orang itu takut ketika orang-orang dari kota lain berkunjung dan tahu arti nama Kota Usu itu tidak baik, Kota Usu akan diejek, diremehkan, dianggap rendah, dan tidak tahu ilmu pengetahuan tentang nama-nama kota yang baik.

Orang-orang yang takut itu adalah orang-orang yang sama dengan orang yang mereka sebutkan dari kota lain itu. Mereka adalah orang-orang yang sibuk bekerja membuat daftar nama kota yang baik dan yang buruk. Orang-orang itu adalah orang yang sama, saling khawatir diremehkan oleh diri mereka sendiri. Orang-orang itu ada dimana-mana, di seluruh kota di seluruh dunia. Orang-orang itu adalah orang yang sama secara turun-temurun bekerja sebagai pembuat daftar nama kota yang baik dan yang buruk atau orang yang sama yang saling mengkhawatirkan diri mereka sendiri.

Tiba-tiba dari kejauhan datang laki-laki berkata, "Kota Usu yang namanya terus dicari definisi dan maknanya ini memanglah Kota Usu. Tanpa kalian cari artinya atau kalian tetap mencari artinya, Kota Usu tetaplah Kota Usu. Tidak ada yang berubah. Gadis itu tetap bersedih karena terkurung dalam fikirannya sendiri. Tidak ada dialektika yang terjadi antar dirinya selain kesedihan atau dengan orang lain. Anak-anak tetap bermain meskipun mungkin saja benar berganti dan yang datang hari ini bukanlah matahari yang kemarin. 

Dua perempuan itu tetap saja asyik berbagi pelajaran merajut walau pakaian yang mereka rajut jauh berbeda. Angin, pohon dan matahari yang hampir tenggelam tetap saja bertiup, kokoh dan terjadi. Rasa sedih dan senang tetap juga terjadi. Tak ada yang berubah".

Dan terlewat dari semua itu, seseorang yang ada jauh di puncak bukit hanya menatap orang-orang yang berada jauh di bawahnya. "Seandainya orang-orang yang sibuk mencari arti nama dari Kota Usu itu berlaku lebih harmonis dengan masyarakat Kota Usu.

Seandainya begitu, maka mereka akan melihat bagaimana kesedihan seorang gadis yang kehilangan matahari setiap harinya. Bagaimana gadis itu merasa kehilangan berkali-kali dan merasakan perih dihatinya. Gadis itu merasa telah ditinggalkan seorang diri. Seperti seorang pelacur yang hidup dengan laki-laki berbeda setiap harinya.

Gadis itu merasakan sakit seperti seorang pelacur yang tidak bisa selalu bersama dengan satu laki-laki yang dengannya telah berbagi kesedihan dan kebahagiaan. Setiap gadis itu bertemu matahari yang baru artinya gadis itu telah kehilangan matahari yang lalu. Perasaan perih yang melanda hati gadis itu selalu terjadi setiap matahari tenggelam setiap harinya.

Seandainya orang-orang itu sedikit harmonis dan melihat itu semua, orang-orang itu akan berempati karena hati manusia begitu halus dan lembut. Lebih halus dan lebih lembut dari apapun yang ada di dunia ini. Maka tidak ada yang tidak mungkin, mereka akan membantu gadis itu keluar dari ruang fikirannya yang terkunci lama. Mereka akan memberi tahu bahwa matahari yang dianggap gadis itu telah pergi sebenarnya hanya tenggelam sementara waktu. Untuk beristirahat. Setelah lelahnya hilang, maka matahari yang sama akan muncul lagi, bersinar dan menemui orang-orang yang menantikan kehadirannya. Seandainya orang-orang itu begitu," bisik seseorang itu di atas bukit paling tinggi di kota Usu.

Mungkin saja, setelah itu gadis itu akan bertanya. Jika begitu, apakah kesedihan seorang pelacur yang merasa ditinggalkan setiap kali berganti laki-laki, dengan perasaan yang sungguh kesepian setiap kali itu terjadi. Apakah juga tersedia pintu untuk keluar dari perasaan sedih dan hancur setiap kali ia ditinggalkan seorang diri?

Barangkali, ada rahasia bahwa laki-laki yang datang setiap kali pada waktu berbeda itu adalah laki-laki yang sama. Laki-laki itu hanya pergi ke suatu tempat untuk berganti wajah dan perawakan. Tapi, sebetulnya dia adalah orang yang sama. Mungkin saja, sama sepertiku yang berharap ditolong untuk keluar dari rasa sedih dan haru seorang diri karena merasa kesepian ditinggal pergi setiap kali atau setiap hari berganti. Mungkin saja begitu. Aku dan pelacur itu tak pernah ditinggal pergi oleh apapun, siapapun.

Atau mungkin seorang pelacur itu akan bernasib sama seperti Kota Usu yang hanya dipertanyakan arti dari nama kota Usu itu. Sedangkan kota Usu tetaplah Kota Usu, seperti yang dikatakan laki-laki itu bahwa Kota Usu memanglah Kota Usu, arti namanya diributkan atau tidak digubris sama sekali, tetaplah namanya Kota Usu.

Tidak ada yang berubah, seperti pohon, angin, anak-anak yang bermain, dua perempuan yang merajut pakaian, matahari yang tenggelam atau terbit saat fajar, dan gadis yang terus bersedih karena merasa ditinggalkan. Semuanya akan tetap seperti itu. Takkan ada yang berubah selama orang-orang hanya terus melihat satu dari banyaknya hal yang harus dilihat, hanya merasakan satu dari banyaknya rasa empati yang harus diberi tempat di lubuk hati.

Selama orang-orang itu melupakan sisi dan sudut yang lain, maka takkan ada yang berubah. Segala hal yang terabaikan, yang terlupakan, akan terus seperti itu. Gadis itu tetap akan bersedih setiap kali matahari meninggalkannya seperti seorang pelacur yang tetap bersedih setiap kali ditinggal pergi.

Ketika pagi aku terbangun, aku ingat itu adalah kisah dari Negeri yang hanya akan ribut soal arti nama yang baik dan yang buruk, sebuah Negeri yang jauh di sana, Negeri yang sungguh manis ketika wajahnya tersenyum dengan luka seorang gadis yang selalu merasa ditinggalkan setiap matahari tenggelam atau seorang pelacur yang selalu bersedih ketika tidak seorang pun rela menolongnya keluar dari rasa sedih setiap kali laki-laki itu meninggalkannya, menghilang, dan menjadi orang-orang yang sama di kota lain. Begitulah.

Oleh: Anna Desliani

Posting Komentar untuk "Harmoni Yang Hampir Tenggelam "