Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pro Kontra Cerpen Suara USU


Sumber foto : Instagram @SuaraRealitas

Dalam kurun waktu setengah bulan terakhir jejaring pers mahasiswa dihebohkan dengan pemberitaan dipecatnya seluruh anggota Lembaga Pers Mahasiswa SUARA Universitas Sumatera Utara (LPM SUARA USU). Pemecatan ini merupakan buntut panjang dari kejadian penolakan pengurus SUARA USU mencabut cerpen berjudul “Ketika Semua Menolak Diriku di Dekatnya” di situs mereka Suarausu.co.

Cerpen tersebut telah di unggah sejak selasa 12 Maret yang lalu namun baru pada tanggal 18 Maret dipromosikan di instagram mereka. Selang beberapa saat kemudian kolom komentar postingan itu dibanjiri warga net. Sehari berikutnya (19/03) pengurus Suara USU di panggil pihak rektorat dan diminta menarik cerpen tersebut.

Cerpen “Ketika Semua Menolak Diriku di Dekatnya” ditulis oleh Yael Stefani Sinaga cepen ini kemudian viral dengan mengangkat tema LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Di lansir dari Tirto.id Widya Hastuti, Pimpinan Redaksi USU mengungkap “Pihak Rektorat minta cerpen itu ditarik, karena dianggap vulgar dan mempromosikan LBGT” ujarnya Rabu (20/3).

Sebelum sampai keluar SK (Surat Keputusan) pemecatan Pengurus Suara USU, situs Suarausu.co sendiri disuspensi pada pagi 20 Maret lalu oleh perusahaan penyedia layanan situs web mereka. Perusahaan tersebut menegaskan bahwa pemutusan sepihak (red: pemutusan kerja sama sewa hosting)  tersebut merupakan alasan pribadi pihaknya.

Keesokan harinya situs berita online Tirto.id mengulas pemberitaan mengenai cerpen ini begitu pula media nasional (Red: media informasi dari cetak hingga daring) lainnya. Tempo.co juga mengulas pemberitaan mengenai cerpen ini. Tidak hanya mengundang perhatian masyarakat lokal, dalam skala Internasional pun ikut menyoroti, Human Right Watch turut menyoroti kasus ini dalam sebuah postingan di halaman webnya berjudul Indonesia University Censors Lesbian Love Story.

Dilansir dari situs Tempo.co, Rektor USU sempat mengungkapkan akan mencabut izin penerbitan SUARA USU. Dan benar saja, lima hari berikutnya SK pemecatan keluar, sebanyak 18 orang Pengurus dibawah pimpinan UmumYael Stefani Sinaga.

Dalam SK yang di unggah di instagram SUARA USU atau yang sekarang berubah akun menjadi @suararealitas itu di cantumkan bahwa salah satu pertimbangan pemecatan ini ialah karena ada protes keras dari sivitas akademika, alumni dan masyarakat. Pertimbangan lainnya yaitu hasil pertemuan Pimpinan umum bersama personil SUARA USU yang tetap bersikukuh bahwa cerpen tersebut hanya merupakan karya sastra biasa dan tidak mengakui kesalahannya. Keputusan akhir dalam SK tersebut ialah pemecatan Yael beserta awak keredaksian LPM SUARA USU. Sebagai gantinya diputuskan pula seleksi awal calon kepengurusan LPM Suara USU sebanyak 30 orang yang dilakukan dan di berikan waktu selama satu bulan untuk menetapkan kepengurusan baru.

Lantas kejadian ini mengundang beragam reaksi di antaranya adalah penggunaan tagar #kamibersamasuarausu di gunakan oleh pengguna Instagram yang kurang sependapat dengan keputusan Rektor. Dukungan terhadap Suara USU datang salah satunya dari Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) dalam sebuah postingannya mengungkapkan penyataan sikap. PPMI dalam akun instagramnya @presmahasiswa menilai bahwa tindakan Rektor USU, Runtung Sitepu merupakan kesewenang-wenangan.

Tidak hanya gelombang dukungan yang membanjiri setiap postingan Instagram berkaitan dengan SUARA USU. Sebagai bandingan atas tagar #kamibersamasuarausu muncul juga suara-suara pendukung keputusan rektor. #kamibersamarektorusu bunyi tagar itu. Belakangan tagar inidi cantumkan dalam beberapa postingan stories instagram. Dari pantauan kami, kejadian ini mengundang beberapa aksi solidaritas diantaranya munculnya Koalisi Bela Literasi (KOBEL) yang menyerukan gerekan menulis 1000 CERPEN UNTUK REKTOR USU. Menyusul aksi yang dilaksanakan di USU dengan tajuk Solidaritas Mahasiswa Bersuara (SOMBER) pada Kamis kemarin (28/03). Muncul pula Aksi Kamisan Malang yang turut serta memberikan dukungan terhadap SUARA USU, mereka beroarasi meski dirundung hujan pada, Kamis sore (28/03). Akhirnya dikabarkan oleh Jawapost.com, juga muncul aksi pembelaan terhadap keputusan rektor, Jum'at siang yang di lakukan oleh masa yang menamkan Aliansi Mahasiswa USU Tolak LGBT. Belakangan juga muncul petisi online yang menolak pemberhentian pengurus SUARA USU.

Reporter:An
Editor :Jarwo

Posting Komentar untuk "Pro Kontra Cerpen Suara USU"