Sebabku Tahu Cintamu Hanyalah Kepedihan Bagiku
Oleh: Zee
Ketika pertama kali aku melihatmu tanpa sengaja, saat itu
kamu berlari kecil menghampiriku sambil menutupi kepalamu dengan kedua telapak
tangan. Tepat di sampingku kamu berdiri, rintik hujan seolah menjadi irama yang
tak ada habisnya membubuhi cara pertemuan kita. Ya, meski aku sama sekali tak
berani menyapamu. Aku hanya mampu melihat ke arahmu sesekali. Sebelum beberapa
saat kemudian kamu dan dia pergi bersama menaiki kendaraan yang aku yakin itu
adalah kekasihmu. Ya, kali ini rintik hujan semakin menambah dinginnya tubuh
sampai ke dalam hatiku. Aku tak pernah mengharapkan kamu mencintaiku, seperti
kamu mencintainya, sebab aku tahu cintamu hanyalah kepedihan yang semakin
mendalam dalam khayalan tak berujung ini.
Harusnya aku biarkan saja air hujan membasuh
diri ini, agar tiada lagi yang bisa melihat air mata yang saat ini mengalir di
pipiku. Terlebih saat aku menyadari, tak ada satupun yang dapat aku percaya di
dunia. Tak ada. "Fi, kamu kemana saja,
dari tadi aku mencarimu" dia Sally, teman yang entah dari mana
datangnya. Tapi yang jelas dia tak pernah benar-benar ada di sampingku. Seperti
yang lainnya, mereka datang dan pergi seolah tiada hal yang harus dipikirkan
selain keperluan pada diri mereka sendiri. Dan seperti sekarang, yang aku
lakukan hanya bisa tersenyum. Meski aku sudah hafal betul maksud dan tujuannya
mencariku. "Aku baru saja sampai Sall," aku terus melangkah menuju
kelas sambil menunjukkan senyum padanya yang berjalan mengiringiku. "Siapa cowok yang mengantarmu
tadi?? Pacarmu ya??" dia terus saja
mengekor di belakangku sampai aku tiba di tempat dudukku. "Bukan, dia
sepupuku, tadi tidak sengaja dia lewat pas aku berteduh di sebuah toko... jadi
aku.. ." belum selesai perkataanku sudah di potong olehnya. "Kuliah
di mana dia Fi?? Udah punya pacar
belum?? Kece juga orangnya." Pertanyaan
yang beruntun itu membuatku menggelengkan kepala. "kamu tanya saja sendiri Sall sama
orangnya" jawabku sekenanya. "Kalau gitu boleh dong bagi contactnya
hehe". Aku hanya tersenyum pasrah. Meski aku bilang tidak, Sally pasti
akan merongrong sepanjang hari untuk hal semacam ini.
****
Tetiba aku menyadari sesuatu, aku
kehilangan buku catatanku. Seingatku kemarin masih ada di dalam tasku.
"Sall, kamu ada lihat buku catatanku gak? " aku terus membongkar isi
tasku. "Enggak Fi, mungkin ketinggalan di rumah" aku berusaha
mengingat keras. Tidak, aku yakin tadi pagi aku sudah memasukkannya ke dalam
tas. Aku masih saja berusaha mencari di setiap celah saku tasku. Sampai
pemandangan di ujung mataku menghentikan pencarianku. Sesosok perempuan
berperawakan tinggi masuk ke dalam kelas kami. Dialah dosen kami. Ketika yang
lain tengah fokus dengan apa yang di sampaikan dosen. Sedangkan pikiranku masih
riuh dengan tampilan slide tentang buku catatanku.
“Oh Tuhan, aku harus bagaimana, sedang Engkau tahu bahwa sebagian cerita
hidupku tertuang di sana. Aku tidak sanggup membayangkan jika buku itu di baca
oleh orang lain. Tidak, aku harus segera menemukannya.”
Tanpa pikir panjang, aku izin untuk
keluar sebentar dengan alasan ingin pergi ke toilet. Sally yang duduk tepat di
sampingku menampakkan raut keheranan melihat gerak ku yang tidak sabaran.
"Fi, mau aku temenin?" Aku hanya menggeleng.
Aku mencari dan terus mencari disetiap
koridor kelas yang aku lalui pagi tadi. Nihil, tak ada tanda tanda buku
catatanku di sana. Hampir sepuluh menit lebih aku berjalan, tetiba ada sebuah
suara yang mengagetkanku. "Permisi, Selly ya?" aku langsung menoleh
ke belakang dan mendapati seorang laki laki yang sepertinya belum pernah aku
lihat sebelumnya. "Iya, ada apa ya? " laki laki ini mengeluarkan
sesuatu dari dalam tasnya.
"Jangan jangan dia mau minta tanda
tangan atau foto bareng" ah pikiranku mulai kacau. Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat, saat ini di
tangannya ada sebuah buku yang persis dengan buku catatan milikkku yang hilang.
"ini, saya tidak sengaja
menemukan buku ini di kursi dekat taman hijau". Dia menyerahkan buku itu
padaku. Aku masih saja diam. "Maaf ya,
karena tidak ada tulisan nama pemiliknya di sampul, jadi saya buka
bukunya".
Ya, tentu saja, karena aku pikir untuk apa menamai
buku di sampulnya, bukankah buku ini hanya aku yang memakainya. Dan tidak aku
pinjamkan pada siapapun. Sebelum pada akhirnya aku menyadari pentingnya menamai
buku di sampulnya. Aku mengambil buku dari tangannya.
"Terimakasih banyak ya"
jawabku dengan masih berusaha menghubungkan saraf di otakku. Astaga, aku harus
segera kembali ke kelas, sebelum ibu Dosen curiga. "sekali lagi terima
kasih banyak ya,, saya duluan" kataku, sambil menyunggingkan senyum
padanya. Apa, aku senyum?? Ah sudahlah.
Aku terus saja berlari.
"Yakk,, dari mana saja kamu, pelajaran selesai baru datang" aku masih
saja diam. "Hello Fi?? "
tangannya dikibaskan tepat diwajahku. "liat ini Sall, tadi ada seorang mahasiswa menghampiriku, dia
yang menemukan buku catatanku Sall" aku memeluk bukuku berkali kali.
"Ya ampun Fi, jadi kamu izin
keluar buat nyari buku ini, kehilangan buku udah kaya kehilangan sebagian
nyawamu Fi" aku hanya nyengir menanggapi komentar Sally.
Aku dan Sally memesan dua piring nasi
lalapan dan dua gelas jus. Rasa mangga favorit Sally, sedang aku rasa alpukat.
Entah kenapa, belakangan aku dan Sally sering pergi ke kantin bersama, dan kami
juga sering menghabiskan waktu luang bersama. Sally ternyata tidak seperti yang
aku pikirkan. Meski dia banyak tanya dan suka penasaran, tapi aku senang bisa
mengenal Sally. Bahkan sudah beberapa hari ini aku juga sering menceritakan apa
saja pada Sally, dan sementara mengosongkan lembaran di buku catatanku.
Ah, aku jadi teringat laki laki itu.
Siapa namanya?? Apa dia juga kuliah di
sini?? Astaga.. Ada apa dengan aku
kenapa aku jadi terbayang bayang wajahnya. Ya, tentu saja dia kuliah di sini.
Anehnya, kenapa aku seperti baru pertama kali melihatnya ya. Ayolah Selfi,
sejak kapan kamu memperhatikan kaum laki laki yang ada di kampus ini.
"Yakk!! selfi, kamu gak dengerin
aku cerita panjang lebar ya tadi?? " aku sontak terkejut. "i, iya
denger kok Sall, besok kan?? " jawabku sekenanya. Apanya yang besok ya??
Setidaknya Sally sudah tenang kembali. Maaf Sall.
Sedari tadi aku memandangmu dari
sini, di mana kamu tak menyadari keberadaanku karena kamu yang tengah sibuk
dengan aktivitas pencarianmu. Seharusnya, kamu tau akan ada seseorang yang
menemukanmu kelak. Di saat kamu lelah, dan memilih untuk menunggu datangnya
keajaiban. Seperti saat ini, aku yang akan menemukanmu. Memberanikan diri
menyapamu lebih dulu. Setelah sekian lama, akhirnya aku mempunyai alasan untuk
melakukannya. Meski dapat aku tangkap raut keheranan di garis wajahmu itu. Kamu
dan Bukumu dan semua tentangmu. Jangan lagi merasa sendiri.
“Besok lusa kamu harus pulang
Fi" suara seorang perempuan di seberang sana. "gak bisa bu, besok ada
kegiatan di kampus" jawabku. Namun, sekeras apapun aku mengelak, Ibuku
selalu saja mampu membuatku akhirnya menuruti keinginannya. Entah apa yang
sebenarnya ingin mereka sampaikan padaku. Sepertinya begitu penting sampai
mengharuskanku untuk pulang. Satu hal yang terkadang membuatku malas pulang
adalah ketika aku diberondong pertanyaan "tinggal berapa semester lagi fi?
" "kapan wisuda fi?” Dan segudang pertanyaan sejenis dari anggota
keluargaku.
Pagi ini, hujan masih setia menemani
perjalananku menuju kampus. Payung ku sesekali ditiup angin dan hampir saja
membuatku ikut terbang. Ah, seandainya benar terjadi, aku akan biarkan tubuhku di terbangkan angin
hingga hilang di balik awan. Seseorang
berjalan di sampingku, menyesuaikan irama langkah kakinya denganku. Aku
mendongak melihat siapa orang ini.
"Selamat pagi Selfi" Suara
itu, seperti tak asing di telingaku. Dia melambaikan tangannya sambil tersenyum
padaku. Astaga, senyum itu, kenapa dengan hatiku, tepatnya jantungku. Hampir
saja aku jatuh karena terkejut.
"Sampai ketemu besok ya".
Lagi, dia tersenyum padaku. Ada apa sebenarnya denganku. Apa karena hujan ini
bukan hujan biasa. Ayolah Selfi, kontrol dirimu. Tetiba aku ingin segera bertemu Sally, aku
harus menceritakan hal ini padanya.
Sesampainya di kelas, masih
sepi. Sally pun belum terlihat batang
hidungnya. Ah kemana anak itu. Biasanya dia lebih dulu datang dari pada aku.
Sampai kuliah selesai Sally tidak juga datang. Aku mencoba menghubunginya
berkali kali namun tidak ada jawaban. Aku pun memutuskan untuk pergi ke kosnya.
Tetiba handphoneku berdering. Akhirnya dia menguhubungiku. "Hallo Sally, kamu
di mana Sall?"
"Hai Fi, sorry aku gak ngabarin, seperti
yang aku bilang kemarin, di rumah keluarga aku, ada acara. Jangan sedih ya,
besok lusa aku sudah balik kok hehe" terdengar suara tawanya di seberang
sana.
"Ge Er kamu Sall, ya udah hati hati ya di
sana. Salam buat keluargamu, ah padahal aku mau cerita sesuatu sama kamu"
jawabku dengan nada kecewa. "Iya Fi, cerita apa Fi. Aku penasaran nih..
Cerita dong Fi". "ini tentang cowok yang nemuin buku catatanku Sall.
Tapi nanti aja ceritanya biar lebih seru kalau kamu ada di sini hehehe".
Terdengar nada kecewa di seberang sana.
"Bu, sebenarnya ada acara apa
sih Bu?? Kok banyak banget
masaknya?" aku menghampiri Ibu yang sejak tadi menyiapkan makanan untuk
tamu yang rencananya hari ini datang. "Loh, kamu belum di kasih tau Mba
kamu ya?? " Ibu balik bertanya. Aku
hanya menggeleng. "Ya sudah, sana
siap siap, dandan yang cantik nanti sebentar lagi tamunya datang".
Ada apa sebenarnya, seperti akan
kedatangan tamu negara saja. Aku menuju ke kamar dan mendapati kakakku sudah
menyiapkan baju untukku. "Nah, ini
coba bajunya, pasti pas buat kamu" ucapnya dengan bersemangat. Aku hanya
memandang baju panjang berwana biru muda di hadapanku dengan bingung. "mba,
sebenarnya ada acara apa sih mba?? Kok
kayanya istimewa banget". "Sudah cepat pakai, nah itu mobilnya,
berarti mereka sudah datang, cepat ganti baju nanti segera nyusul ya" Mba
ku segera meninggalkan kamarku dan membiarkan aku dalam kebingungan.
Sungguh, baju ini sangat aneh, lebih
mirip gaun pengantin, untuk berjalan saja rasanya susah. Astaga... Betapa
terkejutnya aku melihat tamu yang hadir begitu banyak. Anehnya, aku sama sekali
tak mengenali mereka satupun, sampai mataku menangkap sesosok laki laki yang
belakangan menjadi topik bahasanku dengan Sally. Dia, yang menemukan buku
catatanku, dia yang tersenyum padaku dan menyapaku di bawah rintik hujan. Dia,
kenapa dia di sini??
Tibalah hari ini, di mana aku akan
mengutarakan niatku untuk melamar gadis yang selama ini diam diam selalu
kuperhatikan dari jauh. Dan aku semakin percaya, rencana Nya begitu indah. Di
saat aku mulai merasa putus asa, dan mengira dia telah memiliki kekasih.
Ternyata, aku menemukan sebuah buku berwarna biru muda di bangku taman hijau
dekat kampus. Iya, Selfi, terimakasih untuk kesabaranmu menantiku, yang akan
menjadi kekasih halalmu. Aku dan Kamu akan menjadi kita hari ini.
Satu minggu kemudian
"Hallo Sally,?? ".
"Selfi?? Astaga... kemana aja
kamu?? Aku mencari kamu tau. Tega kamu
gak ngabarin aku "Selfi tersenyum mendengar ocehan dari Sally. "Aku
pulang kampung Sall, maaf baru bisa ngasih kabar, aku lagi sibuk-sibuknya,
soalnya aku sedang mempersiapkan acara pernikahan nih Sall". Sungguh aku
merindukan Sally dan segudang pertanyaannya itu.
"Astaga... Siapa yang nikah Fi??
Terus kapan acaranya?? Kamu kapan balik ke sini?? Duh.. Jangan lama-lama ya,
aku kangen tau".
"Yang nikah itu....." Selfi
sengaja menggantung jawabnnya.
"Hei Fi, jangan bikin penasaran
dong".
"Aku Sall, acaranya lusa. Datang
ya Sall, aku mengharapkan banget kedatangan kamu". Tetiba hening.
"Hallo Sall?? Sally?? Are You okay?? ".
Sumber foto: google
Posting Komentar untuk "Sebabku Tahu Cintamu Hanyalah Kepedihan Bagiku"
Berkomentarlah dengan bijak