Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Satu Klik Lebih Dekat dengan Pimpinan


Prof.  Dr. H. Mujiburrahman, Guru Besar Bidang Sosiologi Agama secara resmi menjadi orang nomor satu di kampus hijau yang belum lama ini telah berhasil beralih status dari Institut menjadi Universitas.  Tertanggal 13 Oktober 2017 pada hari Jum’at guru besar yang tergolong produktif dalam menulis ini dilantik  di Kantor Kementerian Agama, Jalan Lapangan Banteng Barat Jakarta.
Secara khusus Tim Sukma bertandang ke ruang kerja Mujiburrahman, lelaki kelahiran Kota Amuntai 9 Desember 1971  yang sebelumnya juga telah menjabat sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Untuk mengenal lebih dekat terhadap pimpinan kampus, kami sajikan petikan wawancara dua reporter LPM Sukma dengan Rektor UIN Antasari periode 2018-2021.

Bagaimana perjalanan pendidikan anda?
Saya sekolah di SD Cendrawasih, Kota Amuntai.  Setelah tamat, saya melanjutkan masuk Pondok Pesantren  Al-Falah di Banjabaru. Lalu melanjutkan sekolah lagi ke Madrasah Aliyah Swasta  Al-Istiqomah Pekapuran Raya tamat dari Pekapuran Raya  melanjutkan ke IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Ushuludin Jurusan Perbandingan Agama (1990-1994). Dan menjadi wisudawan terbaik dan termuda waktu itu . Setelah itu melanjutkan ke Program Pembibitan Dosen dan lulus seleksi lalu dipanggil ke Jakarta untuk pelatihan dan persiapan studi ke luar negeri. Lalu setelah pembibitan dosen, semula saya mau dikirim ke Timur Tengah tetapi karena sesuatu dan lain hal tidak jadi. Lalu kemudian mendaftar  tes toefl untuk study ke Barat. Dengan nilai tes toefl itu bolehlah saya mendaftar beasiswa ke Kanada. Lalu saya mendaftar dan lulus, tapi tidak langsung berangkat, saya di pangggil untuk kursus bahasa Inggris selama 7 bulan Di IALF  (Indonesia Australia Language Fondation) Bali. Setelah memenuhi syarat akhirnya saya diterima di Faculty Of Religius Studies Kanada. Pada tahun 1998 saya menikah, 2 bulan kemudian langsung berangkat untuk study dan selesai pada tahun 2000. Ada  beberapa penelitian saya terbit di Jurnal Internasional dan klasifikasi top kelas dunia, disitu saya merasa gembira. Setelah merampungkan study saya kembali mengajar di Fakultas Ushuludin dan Humaniora, diangkat menjadi ketua Jurusan Akidah Filsafat. Lalu saya dapat beasiswa Internasional ke Belanda pada tahun 2001-2005. Di tahun 2006 saya memperoleh gelar doktor, dan tahun 2014 memproleh gelar Profesor.

Bagaimana dengan orang tua anda?
Ayah saya bernama Jamhari Arsyad kalau Ibu Siti Masrah. Pekerjaan ayah waktu itu Pegawai Negeri  Sipil di Kementrian Agama dan juga seorang ulama jadi punya majelis ta’lim, penceramah juga seorang pengajar bahasa arab di kampus pada tahun kira-kira 80-90 an dan ayah meninggal pada tahun 2003 pada saat saya S3. Kalau Ibu pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, kelebihannya ibu saya anak seorang ulama yang berpengaruh.

Siapa sosok inspirasi anda?
Orang tua pasti. Selama di pesantren saya sangat kagum dengan guru-guru saya, ustaz-ustaz terutama karena keikhlasannya itu, bagi saya menjadi contoh yang teladan dengan gaji yang tidak seberapa tapi dengan kesungguhan yang luar biasa. Itu yang saya kira di zaman sekarang banyak hilang termasuk di kalangan para pendidik. Nah, itu menjadi salah satu yang sangat berkesan bagi saya. Yang ke dua budaya membaca. Orang tua saya termasuk orang terpelajar jadi suka membaca, paman saya saudara ibu juga suka membaca jadi itu mendorong saya supaya suka membaca dari membaca itu kita dapat ilmu pengetahuan dan wawasan. Itu sangat inspiratif. Terus yang ke tiga orang-orang yang pernah mengajari saya di barat juga  besar pengaruhnya terutama untuk berfikir kritis, kerendahan hati, keterbukaan. Luar biasa mereka itu. Juga dedikasinya, contohnya dalam mengoreksi tugas kita sangat teliti. Titik komanya diperhatikan. Itu saya sangat berhutang sekali, belajar sama guru-guru yang seperti itu. Saya juga banyak terinspirasi dari guru sekumpul atau guru Zaini. Kelembutan hati dan nasehat-nasehat yang menyentuh hati siapa pun yang hadir. Itu kan kita perlu ulama seperti itu di zaman sekarang yang penuh kegalauan ini.

Apa cita-cita anda di waktu kecil ? apakah sudah terwujud ?
saya tidak pernah bercita-cita ingin jadi pejabat, itu yang pasti. Cita-cita  saya adalah hidup damai dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Karena ilmu pengetahuan itu tiada habis-habisnya maka tidak pernah terpenuhi sepenuhnya. Tetapi saya sudah merasakan menjalani hidup yang bermakna. Hidup bermakna itu ketika kita merasakan hidup yang bernilai dan bermanfaat bagi diri kita dan bagi orang lain. Jadi sekarang saya merasakan sudah sampai kesitu.

Sewaktu  kuliah dulu, anda pernah ikut organisasi apa saja ?
Waktu mahasiswa saya aktif organisasi. Kalau organisasi Eksternal di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) kalau internal di Senat Mahasiswa Fakultas Ushuludin. Pernah menjadi Sekretaris 1 kemudian priode berikutnya menjadi Ketua Umum. Lalu yang paling mengesankan, dulu saya bikin kelompok studi Al-Hikmah namanya. Kegiatannya setiap minggu, kami mengadakan diskusi buku-buku dan artikel-artikel yang baru, jurnal-jurnal yang menjadi perhatian kami waktu itu.

Apa harapan anda terhadap Organisasi ?
Harapan saya terhadap organisasi kemahasiswaan tetap terus aktif dan kreatif serta jangan lupa menjaga moralitas sebagai Universitas Islam. Jangan sampai nanti kegiatan organisasi kemudian terkesan bebas.

Menurut anda mahasiswa yang ideal itu seperti apa ?
Ideal menurut saya itu, pertama niatnya betul dalam menuntut ilmu . Kalau niatnya itu benar-benar ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan maka dia akan kuliah dengan benar. Aktif organisasi tidak macam-macam karena dia ingin belajar juga di situ, entah itu belajar menulis, belajar menjadi pemimpin, belajar menjadi anak buah. Semua itu akan bisa terwujud kalau dia niatnya yang tulus dan lurus. Sehingga cita-citanya terencana dengan baik, semua direncanakan sesuai dengan keinginan yang ingin dicapai.

Menurut anda bagaimana perbandingan mahasiswa sekarang dan zaman dulu?
Yah, sama dan berbeda jawabannya. Jadi samanya itu mahasiswa sekarang ada yang baik, ada yang taat berakhlak dan ada yang nakal. Dulu juga begitu. Bukan anak-anak sekarang lebih nakal dari anak-anak dulu menurut saya tidak juga. Lalu perbedaannya adalah dulu jumlah mahasiswa IAIN itu sedikit, paling seribu, dua ribu. Jadi relatif kita saling mengenal satu sama lain. Dulu IAIN dikenal dengat pusat kajian Islam. Orang yang mau masuk IAIN mau ahli di bidang keagamaan. Sekarang bidang studinya bermacam-macam. Kalau dulu masuk IAIN itu tesnya baca Qur’an dan kalau baca Qur’an nya tidak beres kamu tidak lulus. Sekarang terbalik masuk dulu nanti dididik.

Apa harapan anda terhadap mahasiswa sekarang ?
Mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan, aktif mencari buku, membuat tugas dengan sungguh-sungguh tidak hanya menggunakan media google terus. Jangan mahasiswa hanya membaca status, update status, baca buku tidak, baca jurnal apa lagi. Jangan hanya teriak “hidup mahasiswa!”. Saya ingin mahasiswa itu suka membaca buku, baca jurnal, diskusi. Itu sangat bermanfaat. Kemudian saya berharap nanti kalau ada kegiatan-kegiatan pengembangan bakat minat, karir dan kepribadian itu kita akan menawarkan beberapa kegiatan nanti. Mahasiswa aktif mencari informasi jangan sampai tidak tahu.

Bicara mengenai jabatan yang baru saja anda terima, menjadi rektor. Bagaimana tanggapan istri dan anak anda?
Semua galau. Karena mereka tau kalau saya bekerja pasti dengan penuh tanggung jawab, sehingga bebannya sangat berat. Diantara keluarga saya tidak ada satu pun yang mengucapkan selamat. Hanya mengucapkan terima kasih dan mohon doa di sosial media.

Adakah program khusus yang ingin dilakukan untuk UIN Antasari ?
Banyak sekali. Salah satunya untuk mahasiswa yaitu Pusat Pengembangan Karir, Pusat Pengembangan Kepribadian akan dilaksanakan tahun depan.

Baru saja beralih status, tentu banyak hal yang perlu dilakukan. Sejauh ini hal yang dirasa menantang untuk dilakukan, berat untuk melakukannya ?
Isinya ini sebagian besar masih IAIN, jadi pelan-pelan mengembangkan kampus ini secara fisik atau sumber daya manusianya.

Adakah perbedaan menjadi rektor UIN sama IAIN ?
Ada, karena UIN ruang lingkupnya luas, jadi tantangannya semakin berat. Ini bukan suatu kenyamanan yang diimpikan, suatu beban tanggung jawab. Kalau berhasil merasa hidupku bermanfaat dan kalau tidak berhasil semoga kegagalan itu bukan karena saya tidak berusaha. Saya berusaha sekuat tenaga dan pikiran selama 4 tahun diberikan amanah ini. Berjuang demi kebaikan kampus kita

Apa visi dan misi anda ?
Integrasi Ilmu Keislaman dan Modern, Integrasi Islam dan Kebangsaan, berbasis lokal dan berwawasan global.

Apa ada gebrakan pertama yang akan anda lakukan dalam waktu dekat ini ?
Tidak ada gebrakan, masih santai-santai saja.

 Rep: Im Riani & Srh
Foto: Srh
Editor: si Mbah



Posting Komentar untuk "Satu Klik Lebih Dekat dengan Pimpinan"