Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

REKAM JEJAK PEMILIHAN DEMA BIMA: “Banyak Organisasi Ekternal Gabung demi Menggulingkan Dinasti HMI"







Dewan Mahasiswa (DEMA) merupakan jelmaan miniatur pemerintah yang hidup dan berkembang di kampus-kampus, baik itu perguruan tinggi maupun universitas. Berdasarkan kedudukannya, DEMA adalah badan tertinggi pemerintahan mahasiswa yang menjadi corong pergerakan demokrasi kampus. Sehingga sebagian kalangan mengklaim bahwa posisi DEMA merupakan lahan basah untuk menampilkan eksistensi seseorang atau kelompok ketengah masyarakat kampus.
    Hal ini berdasarkan pada keputusan Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI Nomor : Dj.I/253/2007 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Bahwa Dewan Mahasiswa merupakan organisasi tertinggi kedua di lingkungan kampus setelah Senat Mahasiswa.
    Tak ayal hal ini membuat dema menjadi serbuan mahasiswa dari berbagai sisi, yang pada akhirnya membentuk oposisi dan koalisis terhadap dema itu sendiri. Seperti adanya serbuan organisasi mahasiswa (red-ormawa) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang begitu kental terasa. Tercatat, sejak tahun 2012 DEMA diduduki oleh organisasi mahasiswa (red-ormawa) eksternal kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga 2016 tadi. Hal ini terbukti dengan Muhammad Ridho (2012-2013), Noor Azmi (2013-2014), Arief Rahman Heriansyah (2014-2015), M. Abdillah Ihsan (2016-2017).  Dalam satu periode kedepan DEMA telah diduduki oleh ormawa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang di nahkodai oleh Budiansyah.
    Lebih lanjut Bima, DEMA terpilih Fakultas Tarbiyah dan Keguruan periode 2017-2018 yang beberapa waktu lalu telah dilantik, mengakui adanya  pengakaran organisasi mahasiswa (red-Ormawa) ekstra kampus tidak hanya di tingkat Institut tetapi juga masuk keranah tingkat fakultas.
    "Saat saya mencalon, banyak ormawa ekstra kampus yang datang bergabung. Yakni Elsisk, PMII, dan KAMMI. Tentu tujuannya adalah untuk menggulingkan dinasti HMI. Sebab Tarbiyah ini milik IAIN Antasari bukan milik HMI.” Papar Bima melalui via chat pada tim SUKMA.
Namun, baginya keberadaan ormawa ekstra-kampus seperti GMNI, PMII, HMI, KAMMI, IMM dan lain sebagainya sangatlah perlu. Sebab keberadaan ormawa macam ini menambah khazanah pemikiran di kampus.
    Ditemui secara terpisah, Muhammad Awab Dema terpilih Fakultas Dakwah dan Komunikasi, menjelaskan keberadaan dirinya yang menduduki jabatan ketua di Dema tidak terlepas dari adanya pengaruh organisasi ekternal PMII.
    “Jadilah kami masuk ke PMII, tapi kami masuk ke PMII ini hanya sebagai tiket yang harus kami beli untuk memperlancar urusan kami dengan pihak atasan. Tapi kami tidak mau dikatakan naik dengan beground orang PMII. karena kami maju atas keinginan sendiri.”
“Dan karena ini kami terdoktrin bahwa untuk menjadi DEMA kami harus masuk PMII, karena jika tidak maka kami akan sulit berurusan dengan orang atas seperti dosen,dll. Karena belajar dari periode sebelumnya, saat DEMA yang terpilih tersebut mendapat perlakuan yang dingin (kurang ditanggapi atau diacuhkan) saat berurusan.” Lanjut Awab.
Sebagai tambahan bahwa mantan ketua DEMA Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Muhammad Azhar periode 2016-2017 lalu, merupakan salah satu dari tiga kandidat yang mungkin bisa dibilang netral, berbeda dengan kedua calon kandidat lainnya yang mempunyai latar belakang organisasi ekternal, PMII. Ia  independen, tanpa dilatarbelakangi bendera ekternal.
M. Rizkan, Dema terpilih Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam menjelaskan dengan menduduki kursi DEMA pastinya memberi keuntungan bagi organisasi eketernalnya, sebab mereka membawa eksistensinya dan mendapatkan pamor tinggi dikalangan mahasiswa.
    “Walaupun saya bergelut di organisasi ekternal, tetapi mereka tidak mencampuri dan melakukan ikatan kerjasama, mereka cuma mendukung bukan mengusung, seperti eLSISK yang memberikan dukungan 100%.” Ucap Rizkan.
    Slamet Riyadi, wakil ketua Dema Institut terpilih juga tidak memungkiri adanya permainan politik saat proses pencalonan dirinya. “Politik itu perlu. Misalnya saja waktu Pemilwa tahun ini, kami memang membangun relasi diberbagai tempat, seperti  di Tarbiyah kami membuat kesepakatan dengan Bima agar dapat memenangkan kami," ujarnya.
Ia juga  menambahkan, untuk menang mereka mesti mencari kawan yang dianggap mampu bekerjasama. "Akan tetapi setelah terpilih, kita harus sportif dimana DEMA harus berdiri sebagai Dewannya Mahasiswa, dan memandang seluruh UKK/UKM serta HMJ/HMD dan Dema Fakultas itu secara adil dan merata," ungkapnya.
Ia mengakui bahwa jelas waktu pemilwa tahun ini mereka mendapat dukungan penuh dari PMII dan UKM Olahraga serta organisasi lainnya, namun dukungan yang ada bukan berarti mereka maju sebagai kandidat dengan membawa bendera didalamnya.
  “link itu perlu seperti caleg yang membutuhkan partai. Karena kandidat harus punya badan/instansi atau orang-orang yang mampu membuat mereka bisa menduduki kursi pemerintahan kampus," ungkap ketua UKK KSR pada tim SUKMA.
Pergolakan perihal orang-orang yang sekarang menduduki kursi tertinggi pemerintahan kampus, seperti yang diungkapkan oleh Abdan selaku ketua UKM Asri, FSEI bahwa kita tidak bisa lepas dari peran dan fungsi DEMA itu sendiri. "sebagai posisi tertinggi mahasiswa yang harus mendukung dan memperjuangkan secara penuh terhadap aspirasi masyarakat kampus demi terwujudnya kampus yang bersinergis dan harmonis". Tuturnya.

Rep/Tim Sukma
Editor/Si Mbah
Sumber photo/google

Posting Komentar untuk "REKAM JEJAK PEMILIHAN DEMA BIMA: “Banyak Organisasi Ekternal Gabung demi Menggulingkan Dinasti HMI""