Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menakar Kebersamaan



   Oleh: Ali Makki*

"bersatu kita teguh, bercerai kita hancur" kata kata ini merupakan asas sebuah organisasi. seringkali ditemui untuk menyusun sebuah rangkaian agenda kalimat ini dijadikan penguat tekat dalam meraih keberhasilan yang gemilang.

dalam sebuah organisasi rasa kebersamaan harus menjadi sebuah moto karena sebuah organisasi adalah penyatuan keragaman tujuan, maka untuk itu perlu kiranya saling memiliki terhadap organisasi itu yang sudah menjadi bagian penting dalam menyatukan kekuatan organisasi itu sendiri.

para organisatoris mengistilahkan sebuah organisasi itu sebagai organ tubuh yang ketika salah satu dari bagiannya bila terkena sakit maka tubuh yang lain akan meresakan sakitnya. mungkin saja akan berbeda kisahnya organ yang di maksud sudah cacat mulai awal. namun sudah pasti kecatatan dapat dibenahi ketika organ yang lain dapat memberikan fungsional yang baik

dari itu, Bisa jadi ini salah satu alasan klise yang terpikir di benak jika ditanya untuk apa kebersamaan ada. Namun apa yang sebenarnya dimaksud dengan kebersamaan? Apakah selalu bersama dalam setiap kesempatan? Atau selalu ada saat salah satu atau beberapa anggotanya punya masalah? Jika yang dimaksud dengan kebersamaan seperti hal tersebut maka ada satu pertanyaan lagi yang muncul, apakah arti kebersamaan dalam sebuah organisasi sedangkal itu? Mungkin beberapa menjawab tidak, namun fakta yang terlihat kadang hanya sebatas itu.

Kebersamaan yang menyangkut loyalitas tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu unsur penting bagaimana sebuah organisasi mampu berjalan dan semakin kuat hanya dengan hal tersebut, ajaib? Tidak saya rasa. Penting? Tentu, karena ikatan yang terbentuk dari sebuah kebersamaan adalah karena rasa kekeluargaan dan hubungan yang terjalin dalam sebuah organisasi tidak hanya menjadi sekedar kerja sama dan hubungan profesional semata. Tetapi yang justru terjadi saat ini, beberapa orang yang tergabung dalam sebuah organisasi kadang terikat dengan egoismenya, memaksakan kehendak atau mungkin lupa bahwa mereka berada dalam sebuah perkumpulan yang terdiri dari bermacam kepala dengan ide yang berbeda.
Kata sepakat dalam musyawarah yang biasa dijalani untuk mengambil sebuah keputusanpun terkadang bukan suatu yang bersifat mengikat (walaupun telah disepakati), hal yang disepakati bersama bisa saja berubah hanya karena satu orang yang menolak kesepakatan tanpa berkontribusi sebelumnya, dan hal tersebut tak jarang menimbulkan konflik dalam sebuah organisasi, perpecahan sering terjadi dan kebersamaan kemudian menjadi hal yang patut dipertanyakan

Beberapa orang yang terkumpul dalam organisasi mengelu-elukan ‘kebersamaan’ ini, tetapi mereka yang termasuk beberapa tersebut kadang tidak punya visi terhadap organisasinya, memikirkan ide namun tidak berkeinginan untuk mewujudkannya, bilang peduli tapi tak berkontribusi, menyatakan bahwa mereka satu kesatuan namun egonya tak kenal kompromi, katanya aktif tapi jika dibutuhkan hanya berdiam diri, dan pada akhirnya kebersamaan hanya menjadi sebuah omong kosong tanpa memahami kebersamaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh sebuah organisasi.

Perbedaan pemikiran merupakan hal yang lumrah, namun dalam organisasi adalah bagaimana cara kita menyatukan berbagai hal berbeda yang ada dalam pikiran kita tersebut, bagaimana membuat organisasi yang dikembangkan tidak hancur hanya dengan egoisme, tidak ada kesamaan hati dan pikiran, maupun tidak adanya pengorbanan. ‘Saling bersama’ sekali lagi bukan makna sesungguhnya dari kebersamaan dalam sebuah organisasi, namun ketika para anggotanya saling support, mengerti kondisi masing-masing dan memahami makna kebersamaan yang sesungguhnya maka konflik seharusnya hanya menjadi bumbu penyedap yang pada akhirnya akan memberikan kekuatan pada organisasi dan pelajaran penting untuk para anggota yang menjalaninya.

*Staf LPM Sukma Antasari

Posting Komentar untuk "Menakar Kebersamaan"